RUMAH Gus Dur di kawasan Ciganjur sehari-harinya tak pernah sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam, bahkan tak jarang sampai dinihari para tamu ini datang silih berganti baik yang dari kalnagn NU maupun bukan. Tak jarang mereka datang dari luar kota.
Menggambarkan fanatisme orang NU, menurut Gus Dur ada tiga tipe orang NU. “Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hingga jam sembilan malam, dan membicarakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU,” tegas Gus Dur.
Orang NU jenis kedua, mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam duabelas sampai jam satu malam, namun masih mengetuk pintu Gus Dur untuk membicarakan NU, “Itu namanya orang gila NU,” katanya.
Orang jenis ketiga, Gus?
“Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila,” katanya.
***
Duet Ideal
Mengejek diri sendiri adalah hal yang kerap yang dilakukan Gus Dur.
Dalam sebuah pertemuan besar melibatkan para pebisnis intenasional di Bali akhir 1999, di depan ratusan peserta dari berbagai negara, dengan rileks Gus Dur bicara dalam bahasa Inggris yang fasih.
“Presiden dan Wakil Presiden kali Ini adalah tim yang ideal,” katanya. “Presidennya tidak bisa melihat, dan Wakilnya tidak bisa ngomong ….”
Eternit
Suatu kali ada seorang Kiai asal Madura yang membanggakan pembangunan pesantrennya pada Gus Dur. “Wah pesantren saya sudah jadi. Lengkap bangunannya luas, bertingkat,” katanya dengan wajah bangga. “Kapan-kapan Gus Dur harus ke sana, soalnya sudah lengkap dengan eternit” tambahnya lagi.
“Eternit “? Tanya Gus Dur sambil berfikir setiap bangunan kan memang perlu eternit (langit-langit plafon-red)
“Itu yang pakai ada komputernya,” jelasnya lagi.
“Ohh…. Internet,” jawab Gus Dur bersama-sama beberapa orang yang hadir.
Salaman
TRADISI salaman (jabat tangan) sangat kental di lingkungan NU. Maklum, salah sebuah Hadis menyebut bahwa afdhalul hurumati mushafahatun (sebaik-baiknya penghormatan adalah jabat tangan). Maka tak aneh jika warga NU selalu berebut salaman dan cium tangan, jika bertemu para Kiai. Apalagi bila bertemu Gus Dur.
Suatu ketika Gus Dur diundang untuk sebuah acara. Di sana juga hadir para pejabat daerah, diantaranya Walikota Surabaya. Begitu Gus Dur muncul, serentak warga NU yang hadir dalam acara itu saling berebut salaman. Tak pelak membuat Gus Dur kewalahan.
“Ya begitulah warga NU,” kata Gus Dur menjelaskan kepada sang Walikota. Secara guyon Gus Dur kemudian melanjutkan, bahwa karena demikian gemar salaman, ketika menonton film di gedung bioskop pun warga NU masih menyempatkan diri salaman. Maka Gus Dur terpaksa harus melayani satu per satu penonton yang ingin bersalaman.
“Usai bersalaman dengan penonton, maka film yang diputar pun buyar (habis-red),” kata Gus Dur. Jadi karena asyik salaman. Lebih lebih yang disalami ratusan orang, maka iapun tak sempat nonton film.
Salaman
TRADISI salaman (jabat tangan) sangat kental di lingkungan NU. Maklum, salah sebuah Hadis menyebut bahwa afdhalul hurumati mushafahatun (sebaik-baiknya penghormatan adalah jabat tangan). Maka tak aneh jika warga NU selalu berebut salaman dan cium tangan, jika bertemu para Kiai. Apalagi bila bertemu Gus Dur.
Suatu ketika Gus Dur diundang untuk sebuah acara. Di sana juga hadir para pejabat daerah, diantaranya Walikota Surabaya. Begitu Gus Dur muncul, serentak warga NU yang hadir dalam acara itu saling berebut salaman. Tak pelak membuat Gus Dur kewalahan.
“Ya begitulah warga NU,” kata Gus Dur menjelaskan kepada sang Walikota. Secara guyon Gus Dur kemudian melanjutkan, bahwa karena demikian gemar salaman, ketika menonton film di gedung bioskop pun warga NU masih menyempatkan diri salaman. Maka Gus Dur terpaksa harus melayani satu per satu penonton yang ingin bersalaman.
“Usai bersalaman dengan penonton, maka film yang diputar pun buyar (habis-red),” kata Gus Dur. Jadi karena asyik salaman. Lebih lebih yang disalami ratusan orang, maka iapun tak sempat nonton film.
Salah Sebut
SAAT diundang pada suatu acara di Malang Jawa Timur, Gus Dur ditunggu banyak pihak. Banser pun yang selalu sibuk bila Gus Dur ada acara di daerahnya juga memantau melalui HT yang selalu digenggamnya. Salah seorang anggota Banser berada di Bandara Abdurrahman Saleh, Malang. Ia senantiasa melaporkan perkembangan di sana setiap saat.
Begitu pesawat yang ditumpangi Gus Dur mendarat, dia senang bukan main. Maka dengan penuh semangat dia langsung melapor ke panitia lokasi acara, melalui HT nya. Karena begitu bersemangat diapun gugup tak karuan.
“Halo, kontek, kontek! Kiai Abdurrahman Saleh sudah mendarat di bandara Abdurrahman Wahid,” katanya. Tentu saja panitia yang menerima laporannya kaget dan sekaligus tertawa.
16.24
Fahri Adrian



0 Saran Komentar:
Posting Komentar
Komentar ya,komentarmu sangat berharga...